Sabtu, 24 Oktober 2009

MENATAP KOTA BIMA SEBAGAI KOTA AGROPOLITAN


Kota Bima memiliki luas wilayah 222,25 km2 dengan lahan persawahan 1.898 hektar, meliputi sawah irigasi 1.718 hektar dan sawah tadah hujan 180 hektar. Lahan irigasi ini dimanfaatkan untuk menanam padi, jagung, kedelai dan kacang-kacangan.
Sementara itu, terdapat lahan kering berupa ladang dan tegalan seluas 4.760 hektar dan kebun seluas 996 hektar, yang sangat cocok untuk budidaya tanaman keras, seperti sawo, mangga, jambu mete, srikaya atau groso, dan pisang.

Padi masih merupakan bahan pangan utama masyarakat Kota Bima. Lahan tanam padi terdapat di hampir seluruh kawasan pertanian Kota Bima, seperti Lampe, Dodu, Kendo, Ntobo, Rabadompu, dan Penanae.
Panen padi di Kota Bima menuai hasil yang menggembirakan. Panen raya yang diadakan di Kendo, Rabangodu, dan Ntobo sanggup menghasilkan 15 hingga 20 ton gabah per hektar. Padi yang dipanen adalah padi varietas lokal yang baru diuji coba, dan telah diberi nama paten padi srikot, sebagai varietas asli Kota Bima. Padi ini memiliki keunggulan dibandingkan varietas padi biasa. Selain pertumbuhannya cepat, jumlah bulirnya lebih banyak dengan masa panen kurang dari 100 hari. Untuk penyemaian bibit hanya membutuhkan waktu 12 hari. Panen padi di Kelurahan Kendo, dihadiri langsung oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan, Dra. Muttia Hatta. Rata-rata peningkatan produksi padi setiap tahun sebesar 4%, jagung sebesar 106%, dan kedelai sebesar 26%.
Kota Bima terdiri dari kawasan pantai alam perbukitan yang bertopografi gelombang dengan jenis tanah gromusol hingga lempung berpasir dan laterit, yang merupakan kondisi ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman sawo. Wilayah pengembangan sawo Kota Bima pada saat ini seluas 12.765 ha. Keberadaan sawo varietas asli Kota Bima merupakan suatu kebanggaan, dimana varietas tersebut sudah dipatenkan secara nasional dengan nama sawo Landa Mbou, yang saat ini bibitnya sudah didistribusikan ke berbagai daerah di Indonesia karena keunggulannya.
Lahan pertanian bawang di Kota Bima terdapat di Kelurahan Kolo dan kawasan So Ule.
Di kedua kawasan tersebut terdapat areal demplot yang ditanami bawang dengan penerapan teknologi penggunaan bibit dari benih/biji yang disemaikan, yang selama ini hanya menggunakan bibit dari umbi, dengan hasil panen mencapai 20-30 ton/ha, dengan harga pasaran Rp. 30.000,- per kilogram.
Beberapa waktu yang lalu saat melakukan kunjungan kerja ke Kota Bima, bapak Gubernur sudah menyaksikan dan langsung mengawali panen.
Potensi lain yang dimiliki Kota Bima adalah potensi kelautan, yang berupa hasil ikan, rumput laut, dan budidaya mutiara. Hasil ikan di perairan teluk Bima antara lain bandeng, udang windu, keramba apung, lobster, kerapu, kepiting, serta rumput laut.
Pemerintah Kota Bima, dalam hal ini Dinas Perikanan dan Kelautan, telah merancang dan menjalankan berbagai program untuk mengembangkan potensi kelautan yang ada, antara lain dengan pembangunan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang berlokasi di Kelurahan Tanjung, serta pengembangan budidaya mutiara. Mutiara produksi Bima telah merambah ke daerah pasaran di luar Pulau Sumbawa, bahkan ke pasaran luar negeri, baik dalam bentuk mutiara butiran maupun yang telah dibentuk menjadi perhiasan.
Potensi sumberdaya perikanan Kota Bima merupakan salah satu sektor andalan yang mempunyai kontribusi signifikan bagi pertumbuhan perekonomian dan pembangunan. Potensi perikanan di Kota Bima meliputi perikanan air tawar, perikanan laut (meliputi penangkapan ikan di laut dan budidaya laut) dan kegiatan budidaya air payau.
Kegiatan penangkapan ikan di laut masih merupakan kegiatan yang dominan di Kota Bima dengan tingkat produksi pada tahun 2006 sebesar 1.771,8 ton per tahun, meningkat sebesar 68,20% dibandingkan produksi tahun 2005 sebesar 1.053,40 ton. Hal ini disebabkan sebagian besar masyarakat pesisir menggantungkan hidupnya pada sektor perikanan tangkap, khususnyadi wilayah Kecamatan Rasanae Barat dan Kecamatan Asakota.
Peningkatan pembangunan peternakan di Kota Bima dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan, diantaranya : populasi ternak sebesar 5-9%, produksi daging sebesar 11%, produksi telur sebesar 5%, dan ternak yang diekspor sebesar 2-5%. Disamping itu telah dibangun beberapa sarana dan prasarana penunjang pembangunan peternakan seperti pengadaan obat-obatan dan vaksin, rehabilitasi rumah potong hewan (RPH) dan rumah potong unggas (RPU) serta pasar daging yang memenuhi standar, pembangunan Poskeswan, pembangunan pos Inseminasi Buatan (IB) dan beberapa kegiatan peningkatan SDM petugas maupun peternak.
Beberapa waktu yag lalu, Pemkot Bima melalui Distanak telah melakukan proses bedah cesar pada sapi IB dengan mendatangkan dokter hewan ahli, Heru Rahmadi, dari Kabupaten Lombok Timur.
Peringatan Hari Pangan Sedunia tahun ini kita jadikan momentum untuk menyamakan persepsi “Menatap Kota Bima Sebagai Kota Agropolitan” dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat dan stake holder yang ada di Nusa Tenggara Barat, dan Kota Bima pada khususnya, dalam rangka menjamin situasi ketahanan pangan di daerah.

2 komentar:

  1. wah... akhirnya ada blog humas...
    k ipank keren :)
    two thumbs up for k ipank :)

    BalasHapus
  2. Keren euy bima smga info2 trs ter updet

    BalasHapus